Tanggapan Perpus Apresiasi atas : Rektorat Tel-U tidak Pernah Merampas Buku
1. Betul bahwa salah
satu dari tiga orang yang ditemui di Selasar sedang merokok, dan rokok segera
dimatikan setelah mendapat teguran dari Warek IV. Tiga orang tersebut terdiri
dari satu alumni dan sisanya adalah mahasiswa Tel-U. Kemudian, beberapa pengunjung
datang ke lapak untuk melihat buku.
2. Kami telah
mencoba untuk melakukan diskusi dengan Warek IV terkait tiga buku yang
"dipilih"nya, dan mendapat jawaban, "Pokoknya tidak boleh
beredar buku-buku seperti ini." Ketika ditanyakan apakah ada peraturan tertulis
tentang hal itu, kami memperoleh jawaban, "Saya yang bilang. Saya Warek IV
Bidang Kemahasiswaan."
3. Kami sudah
menawarkan untuk menyimpan sendiri buku itu, tapi Warek tetap bersikukuh untuk
membawa.
4.
Betul bahwa foto tersebut adalah inisiatif dari Warek IV.
5. Pagi hari
setelahnya (10/11) pukul 10.40 Warek IV menelepon menanyakan, "Ini benar
dengan Dani BIN?" dan kami informasikan bahwa beliau salah sambung.
6. Terdapat hirarki
dalam satu institusi pendidikan seperti kampus. Singkatnya; Rektor, Warek,
dosen, dan mahasiswa. Masing-masing punya kuasa (hak dan kewajiban) tersendiri.
Hak dan kewajiban itu dilegitimasi aturan yang dibuat oleh pihak yang punya kuasa
lebih. Yang di atas (dalam hal ini, Warek) punya kuasa (atau modal budaya)
lebih ketimbang mahasiswa. Kondisi itu diinternalisasi dalam benak semua pihak
sebagai hal wajar (dan harus diterima), dan yang berada di hirarki paling bawah
dikondisikan agar patuh pada yang di atas. Dari percakapan antara kami dengan
Warek telah terjadi komunikasi yang tidak setara. Berkali-kali Warek meneguhkan
posisinya dalam struktur jabatan di kampus saat merespon argumentasi dan
pertanyaan kami terkait buku-buku "KIRI". Tidak ada komunikasi yang
setara di situ. Kami menilai respon Warek yang seperti itu sebagai
"kekerasan simbolik" untuk menundukkan kami.
7. Menyoal poin ke-4
dari klarifikasi yang dibuat Purel Tel-U, tak ada yang perlu disayangkan dari
penggunaan diksi "perampasan". Sebab, kami menilai, perampasan tidak
meniscayakan adanya kekerasan (fisik). Dari definisi kata "rampas"
yang dikutip Tim Purel dari KBBI itu pun jelas. Tanda kurung yang mengandangi
kata-kata "dengan kekerasan" menunjukkan bahwa kata-kata itu relatif
keberadaannya. Bisa digunakan/difungsikan, tapi bisa juga tidak. Bisa dibaca,
bisa juga tidak. Merampas itu bisa "dengan kekerasan", bisa juga
tidak dengan kekerasan. Menurut kami, tindakan Warek itu mengambil paksa secara
"halus" menggunakan kuasa atau otoritasnya sebagai wakil rektor, dan
itu bisa disebut merampas.
8. Hingga saat ini,
belum ada panggilan dari pihak kemahasiswaan dan tiga buku yang diambil belum
dikembalikan.
9. Perpustakaan
Apresiasi berterimakasih kepada kawan-kawan yang mendukung kegiatan kami dalam
mendorong terwujudnya budaya yang melek literasi, mendukung kebebasan berpikir,
berkumpul, berdiskusi, dan berpendapat terutama di Telkom University sebagai
tempat kami tumbuh dan belajar.
Salam Literasi!
Sumber Tulisan:
Perpustakaan Apresiasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar