[Jon]
Rabu akhir Mei lalu, hakim
membacakan hasil putusan perkara. Dalam putusannya, PT. KAI dinyatakan melakukan
perbuatan melawan hukum dengan menggusur rumah dan kios Rakyat Kebon Jeruk. Kemenangan
itu membuat lega Komite Rakyat Kebon Jeruk dan melahirkan rasa syukur yang amat
dalam bagi mereka. Namun, bagi mereka, kemenangan ini menjadi suatu titik permulaan
perjuangan.
Sepuluh bulan berlalu hanya
menjadi pemanasan bagi perjuangan mereka. Terlihat semangat berjuang yang tak
kenal lelah--saat tenaga mereka telah terkuras usai menginap di trotoar luar
pengadilan, usai menyimak pembacaan putusan, terik matahari sangat menyengat dan
kala itu mereka sedang berpuasa. Itu semua seakan bukan halangan bagi mereka.
Terbukti pada hari kemenangannya, tanpa membuang waktu sedikit pun, mereka segera
bergegas berkumpul di posko perjuangan yang selama ini menjadi tempat
pengungsian alternatif bagi korban penggusuran PT KAI.
Setiba di posko, warga-warga yang
terlibat dalam perjuangan langsung bermusyawarah, ditemani Pembebasan Kolektif Kota
Bandung, selaku penggagas yang mendampingi Komite Rakyat Kebon Jeruk dari awal permasalahan
hingga kemenangan ini, serta beberapa mahasiswa lainnya yang bersolidaritas.
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami jadikan bagimu sumber penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Alquran, Surat Al A’raf [7]:10)
“Tanah untuk mereka yang betul-betul menggarap tanah! Tanah tidak untuk mereka yang dengan duduk ongkang-ongkang menjadi gemuk gendut karena menghisap keringatnya orang-orang diserahi menggarap tanah itu.” (Soekarno, 1960)
“Masyarakat tidak terdiri dari individu, tetapi menyatakan jumlah keterkaitan, hubungan di mana orang-orang ini berdiri.” (Karl Marx)
Dalam musyawarah itu, Komite Rakyat
Kebon Jeruk sadar bahwa mereka harus memperjuangkan tatanan sosial baru,
yang mereka percaya di dalamnya terdapat kesejahteraan yang damai. Dalam hal
ini, perencanaan dibantu tim yang terdiri dari Pembebasan Kolektif Kota Bandung
dan Komune Rakapare serta beberapa mahasiswa lain yang ikut berpartisipasi.
Pemanfaatan lahan menjadi momentum bagi mereka setelah lahan menjadi rata pasca digusur. Secara serius mereka merencanakan pemanfaatan lahan tersebut. Dalam konsepnya
mereka akan memposisikan area perdagangan dan area lahan parkir di bagian depan
lahan yang menghadap ke Jl Stasiun Barat. Bagian tengah akan menjadi sarana
umum seperti wadah edukasi dan bermain bagi anak-anak, koperasi untuk
mengembangkan roda perekonomian serta posko musyawarah Komite Rakyat Kebon
Jeruk.
Kemudian di bagian belakang lahan, akan diposisikan sebagai area pemukiman
untuk tempat tinggal mereka. Bagian pinggiran lahan itu akan di kelilingi area
berkebun. Tak tanggung-tanggung, mereka juga berencana mengalihkan pekerjaan
para pekerja seks komersial (PSK) menjadi pegawai warung nasi. Tujuannya, agar
para PSK memiliki pekerjaan yang lebih baik. Pengelolaan di lahan tersebut harus
dilakukan secara kolektif dan adil, serta akan diorganisir oleh Komite Rakyat Kebon
Jeruk.
Dengan pemanfaatan lahan seperti itu, mereka yakin bisa menciptakan
lingkungan yang sehat dan menghidupkan roda perekonomian yang saling berkaitan.
Sayuran hasil berkebun, misalnya, akan memudahkan pedagang warung nasi. Pemilik
warung nasi dapat menukarnya dengan makanan kepada petani penggarap.
Kemudian lahan perkebunan pun akan ditumbuhi tanaman obat-obatan yang dapat
berguna bagi warga Kebon Jeruk. Sebagian hasil panen pun dapat dijual ke pasar
atau toko-toko herbal. Tak sampai di situ, mereka juga mengkolektifkan lahan
parkir untuk keperluan usaha Komite Rakyat Kebon Jeruk. Sehingga mereka
mendapat penghasilan yang menjanjikan.
Koperasi yang hadir dalam pemanfaatan lahan tersebut berguna mengatur roda
ekonomi lahan Komite Rakyat Kebon Jeruk. Koperasi yang dilakukan secara
sosialis berguna untuk menyeimbangkan dan mengembangkan roda perekonomian.
Sehingga sebagian keuntungannya dapat digunakan untuk keperluan umum, seperti
edukasi bagi anak-anak untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Semua itu harus
bisa menciptakan tatanan sosial yang akan membawa mereka pada kesejahteraan yang
merata bagi, setidaknya, Komite Rakyat Kebon Jeruk.
Perjuangan ini tentu tak akan semulus yang direncanakan. Namun selagi
mereka masih memiliki mimpi yang sama untuk sejahtera dan kemandirian, disertai
tekad dan perjuangan konkret mereka masih membara, segala masalah yang mereka
hadapi akan mudah dilalui. Panjang umur perjuangan Komite Rakyat Kebon Jeruk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar